Seputar Indonesia Timur — Tentara Nasional Indonesia (TNI) membantah klaim Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menyebut telah menembak sembilan prajurit di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah pada Senin, 23 Juni 2025.
Juru Bicara TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar atau hoaks. Ia memastikan bahwa seluruh personel TNI di Pos Kilumalari, Distrik Sinak, dalam kondisi aman dan tidak ada korban.
“Berita tersebut tidak benar atau hoaks,” ujar Kristomei saat dikonfirmasi, Minggu (23/6).
Kristomei menyebut klaim yang disampaikan OPM sebagai bentuk propaganda informasiyang bertujuan memprovokasi dan menyesatkan opini publik.
Klaim OPM Soal Kontak Senjata
Sebelumnya, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM), Sebby Sambom, mengklaim bahwa pasukan TPNPB-OPM Kodap XXVII Sinak di bawah komando Mayor Kelenak Murib terlibat kontak tembak dengan pasukan TNI pada Senin pagi.
Menurut Sebby, sekitar 120 prajurit TNI memasuki wilayah operasi TPNPB di Pos Kilumalari, dan baku tembak pun terjadi sejak pagi hingga sore.
Ia menyebut pihaknya berhasil menembak mati tiga prajurit TNI dan melukai sembilan lainnya, meski klaim ini tidak dapat diverifikasi secara independen
“Kontak senjata terjadi sejak pagi. Pasukan kami berhasil menembak sejumlah aparat militer Indonesia,” ujar Sebby dalam pernyataan tertulis.
Jaringan Internet di Sinak Dimatikan
Sebby juga menyampaikan pernyataan dari Brigadir Jenderal Teni Kulua, Panglima TPNPB Kodap XXVII Sinak, yang mengaku bertanggung jawab atas kontak tembak tersebut. Teni mengatakan jenazah korban belum dievakuasi dari medan pertempuran.
Ia juga menuduh pemerintah Indonesia telah mematikan jaringan internet di wilayah Sinak untuk menutupi informasi lapangan.
“Kami mendesak pemerintah untuk kembali mengaktifkan jaringan internet agar masyarakat bisa mengetahui kondisi sebenarnya,” kata Sebby.
Penegasan TNI
TNI menegaskan bahwa kabar kontak tembak dengan korban jiwa di pihak aparat adalah tidak benar. Mereka meminta masyarakat tidak mudah percaya pada informasi yang belum diverifikasi dan bersumber dari kelompok separatis.